-

TOLONG DI KASIH JEJAK YA SEBELUM PERGI, MAKASIH

Kamis, 10 Mei 2012

Laporan kasus Cruris


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejarah penemuan sinar-X oleh Wilhem Conrad Rontgen, seorang ahli fisika berkebangsaan jerman melalui percobaannya pada tanggal 8 November 1995, telah memberikan perkembangan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam dunia kedokteran. Prinsip dari radiodiagnostik yaiyu sinar-X yang mengenai suatu objek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat membantu menegakkan diagnosa adanya suatu kelainan
penyakit.
( Atlas Radiologi, Edisi III )
 Seiring dengan banyaknya pemakaian sepeda motor dan kurangnya kesadaran dari para pemakai jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin meningkat dan persentase keelakaan paling banyak. Umumnya kondisi korban kecelakaan mengalami fraktur  patah tulang pada Cruris yang terjadi karena  benturan yang sangat keras. 
Pemeriksaan Radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan kelainan Patologis maupun Traumatis dapat membantu dalam menentukan diagnosa.Proyeksi yang  digunakan pada pemotretan Os Cruris adalah AP (Antero-Posterior) dan Lateral.  
Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ” TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CRURIS PADA KASUS FRAKTUR SINISTRA”DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD. . . . . . . . . .
           
1.2       Rumusan Masalah
Dengan Latar Belakang di atas penulis merumuskan masalah, sebagai berikut.
Bagaimanakah teknik  pemeriksaan   Cruris pada kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta ? 

1.3          Tujuan Penulisan
   Laporan Praktek Kerja Lapangan 1 (PKL) 1 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta ini disusun dengan tujuan:
1.      Tujuan umum.
Sebagai syarat kelulusan Mata Kukiah Kerja Lapangan (PKL) 1.
2.      Tujuan Khusus.
a.       Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi Cruris Proyeksi AP (Antero-Posterior) dan Lateral pada kasus Fraktur yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
b.      Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi Curis.
c.       Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswi Akademi Rontgen.

1.4       Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan penulis adalah:
1.      Observasi.
Penulis melakukan pengamatan secara langsung di Lingkungan Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2.      Studi pustaka.
Penulis membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan kasus yang diambil.
3.      Wawancara.
Penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

BAB  II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Cruris
2.1.1 Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondi-kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan superior memperlihatkkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
Kondil lateral memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang dipisahkan oleh lekukan popliteum.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial atau maleolus tibiae.
Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula dan talus.
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan terletak di sebelah medial sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi Radius posisinya terletak disebelah lateral karena anggota badan bawah memutar kearah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang terletak disebelah lateralis. (Anatomi fisiologi,untuk siswa perawat, 1997)

    1.  Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan kaki. Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah mempunyai sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakan tempat lekat dari ligamentum deltoideum.

2. Permukaan anterior
Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki. Permukaan posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis posterior dan pinggir dari alur merupakan tempat lekat dari retinakulum fleksores.

3. Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan dari permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan tempat lekat dari kapsula sendi pergelangan kaki.

4. Permukaan lateralis
Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama pada permukaan medialis os talus.

        2.1.2 Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan bentuknya lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot yang melekat pada tulang tersebut. Tidak urut dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini bukan merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah bawah kira – kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan – permukaan medialis dan lateralis  yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi tempat lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak subkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi merupakan tempat lekat dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga pada permukaan medialis bersendi dengan os talus, persendian ini merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa malleolaris terletak disebelah belakang permukaan sendi mempunyai banyak foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus mempunyai apek yang menjorok kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis.(Anatomi fisiologi untuk siswa perawat, 1997).





Gambar 1 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari anterior
(Merills edisi 11, 2007).




Gambar 2 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari posterior (Merills edisi 11,2007)














Gambar 3 : Anatomi Tibia dan Fibula kiri dilihat dari lateral (Merills edisi 11, 200




2.2 Patologi Fraktur
2.2.1 Klasifikasi Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan  tipe fraktur.

1.) Fraktur tranversal
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya horizontal  lurus pada tulang.
2.) Fraktur longitudinal
                  adalah fraktur yang garis patahnya vertikal pada tulang.  
                  3.) Fraktur segmental
      adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen tulang itu.
4.) Fraktur  kompresi
   Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk   tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
   5.) Fraktur greenstick
  adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.
6.)Fraktur avulsi
  Memisahkan satu fragmen tulang pada tempat insersi tendon atau pun ligament.
2.2.2 Deskripsi fraktur
Angulasi dan oposisi tulang adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan.
                        Deskripsi fraktur ada dua, yaitu :
a. Fraktur tertutup
Frakur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak  ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak    tercemar oleh lingkungan.
   b. Fraktur terbuka
adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula (www.fraktur.com)

                        3.3 Teknik Radiogafi os Cruris
1.3.1        Proyeksi Antero-Posterior (AP) ( Bontrager,2001 : 229 ).
         Posisi pasien             : Supine atau duduk diatas meja pemeriksaan dan kedua tungkai lurus.
            Posisi obyek             : Tungkai yang akan difoto diatur true AP, kedua condylus berjarak sama terhadap kaset, serta atur kedua maleolus medial dan lateral sama dengan kaset dan kaset membujur dibawah kaset.
           Titik bidik                 : Pada pertengahan cruris.
        Arah sumbu sinar      : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
        FFD                           : 100 cm.
        Ukuran kaset             : 30 x 40 cm.
       Faktor eksposi            :  kV = 52     mAS =  4
                      Kriteria foto               :Tampak gambaran AP cruris.
·         Pada proksimal dan distal artikulatio tibia dan       fibula sedikit overlap, tapi pada korpus tidak.
·         Trabekula tulang dan jaringan kunak tanpak.
·         Angkle joint dan knee joint dalam posisi ”true AP”.

                                               

Gambar 4 : Posisi pasien pada pemeriksaan cruris proyeksi AP (Bontrager, 2001 : 229)
  Gambar 5 : Radiograf proyeksi AP pada pemeriksaan cruris ( Bontrager, 2001 : 229 )



1.3.2        Proyeksi lateral ( Bontrager, 2001 : 230 ).
Posisi pasien                      : Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan dengan tungkai yang akan difoto lurus,dan tungkai yang lain genu fleksi diletakkan didepan tungkai yang sakit dan diganjal.
Posisi obyek                      : Tungkai bawah yang akan difoto diatur true lateral dengan cara mengatur kedua condylus saling superposisi dan kedua maleolus juga saling superposisi.
   Titik bidik                      : Pada pertengahan cruris.
   Arah sumbu sinar           : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
   FFD                                : 100 cm.
   Ukuran kaset                  : 30 x 40 cm.
   Faktor eksposi                : kV = 52      mAS  =  5
 
 Kriteria gambar                :Tampak cruris pada posisi lateral.
                                           Tampak tibia dan fibula saling superposisi.
                                            Tampak fibula distal overlep dengan setengah bagian posterior tibia.
                                             “Shaf of tibia” dan fibula tanpak terpisah kecuali pada kedua ujung persendian.



    
\Gambar 6 : Posisi pasien pemeriksaan cruris proyeksi lateral ( Bontrager, 2001 : 230 )

  Gambar 7 : Radiograf proyeksi lateral pada pemeriksaan cruris ( Bontrager, 2001 : 230 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar